Mengartikan bahagia...
Ide menulis ini saya dapat dari teman saya yang status facebooknya begini :
"cuma berharap kita bisa hidup bahagia"
Saya balik tanya sama dia,
"Sebenarnya apa jaminan dari kebahagiaan?"
Kita semua, manusia, punya cara sendiri mengartikan bahagia.
Dia melalui dan mengejar cita-cita hidup demi bahagia versi dirinya.
Dia yang lain melalui dan mengejar cita-cita hidup demi bahagia yang lain versi dirinya juga.
Entah kenapa, menurut saya hidup bahagia adalah hal yang abstrak. Sesaat.
Bahagia itu luas sekali untuk didefinisikan, dia majemuk, dia kompleks.
Hm, kalau diumpamakan ke sebuah wilayah aja..
Dalam perspektif umum kan sebuah wilayah disebut bahagia kalau wilayah itu aman, damai, sentosa, makmur, berkecukupan, sejahtera.
Wah, kalau didefinisikan seperti itu, saya tidak mau.
Saya, sebagai muslim, tahu bahwa bahagia adalah saat dimana aku, kamu, kita, dijamin keselamatannya. Dunia-Akhirat.
Bahkan waktu itu di saat mekkah yang sudah stabil ipolesosekbudhankammil-nya (diluar kebejatan akhlak mereka ya, kn topiknya lagi wilayah), Rasulullah teteeeppp aja disuruh berlaku sebagai basyiraan a.k.a pembawa kabar gembira, ya islam itu.
Jadi, ya begitulah saya mengartikan bahagia..
Kata bunda, jalani hidup dengan optimal maksimal,
Ayah saya merangkumnya dalam satu kata... dedikasi...
Orang yang berdedikasi adalah orang yang jelas tujuan hidupnya, jelas alur perjalanan hidupnya, merasa aman dalam bertugas dan berusaha karena yakin, apapun, APAPUN-kawan, yang dia lakukan asalkan dalam koridor yang benar adalah jaminan keselamatan bagi dirinya.
Aqidah yang terpancang dengan kuat
Tujuan yang jelas
Loyalitas
Optimalitas
Totalitas
Cita-cita yang mulia,
semua itu adalah,
dedikasi.
dan pada akhirnya, dedikasi dengan definisi diataslah yang akan mengantarkan kita pada bahagia..
Ya Rabbi, biarkan dedikasi-ku HANYA dalam upaya penghambaan kepadaMu, dan
dalam upaya mengagungkan Nama-Mu..
"cuma berharap kita bisa hidup bahagia"
Saya balik tanya sama dia,
"Sebenarnya apa jaminan dari kebahagiaan?"
Kita semua, manusia, punya cara sendiri mengartikan bahagia.
Dia melalui dan mengejar cita-cita hidup demi bahagia versi dirinya.
Dia yang lain melalui dan mengejar cita-cita hidup demi bahagia yang lain versi dirinya juga.
Entah kenapa, menurut saya hidup bahagia adalah hal yang abstrak. Sesaat.
Bahagia itu luas sekali untuk didefinisikan, dia majemuk, dia kompleks.
Hm, kalau diumpamakan ke sebuah wilayah aja..
Dalam perspektif umum kan sebuah wilayah disebut bahagia kalau wilayah itu aman, damai, sentosa, makmur, berkecukupan, sejahtera.
Wah, kalau didefinisikan seperti itu, saya tidak mau.
Saya, sebagai muslim, tahu bahwa bahagia adalah saat dimana aku, kamu, kita, dijamin keselamatannya. Dunia-Akhirat.
Bahkan waktu itu di saat mekkah yang sudah stabil ipolesosekbudhankammil-nya (diluar kebejatan akhlak mereka ya, kn topiknya lagi wilayah), Rasulullah teteeeppp aja disuruh berlaku sebagai basyiraan a.k.a pembawa kabar gembira, ya islam itu.
Jadi, ya begitulah saya mengartikan bahagia..
Kata bunda, jalani hidup dengan optimal maksimal,
Ayah saya merangkumnya dalam satu kata... dedikasi...
Orang yang berdedikasi adalah orang yang jelas tujuan hidupnya, jelas alur perjalanan hidupnya, merasa aman dalam bertugas dan berusaha karena yakin, apapun, APAPUN-kawan, yang dia lakukan asalkan dalam koridor yang benar adalah jaminan keselamatan bagi dirinya.
Aqidah yang terpancang dengan kuat
Tujuan yang jelas
Loyalitas
Optimalitas
Totalitas
Cita-cita yang mulia,
semua itu adalah,
dedikasi.
dan pada akhirnya, dedikasi dengan definisi diataslah yang akan mengantarkan kita pada bahagia..
Ya Rabbi, biarkan dedikasi-ku HANYA dalam upaya penghambaan kepadaMu, dan
dalam upaya mengagungkan Nama-Mu..
Bale 3, kamar 16
6.07 am.
Bahagia dalam segala bentuk penghambaan diri
6.07 am.
Bahagia dalam segala bentuk penghambaan diri
Komentar
Posting Komentar