Embracing Buton #5: Pulau Makassar.

Aloha Pulau Makassar!
Pulau ini merupakan destinasi dadakan karena batal ke Pulau Muna. Yep, yang karena ketinggalan kapal itu loh -,-. Akhirnya daripada pulang dengan hati hampa *elah, kami memutuskan untuk pergi ke Pulau Makassar atau biasa disingkat PuMa, sebuah pulau kecil persis di depan kota Bau-Bau. Perjalanan menuju Pulau Makassar hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15-20 menit, tergantung kondisi laut dan ombak. Kami menggunakan Jonson/perahu kecil dari tempat semacam pelabuhannya di Pantai Kamali. Biaya sekali jalan dari Pantai Kamali ke PuMa dengan jonson kurang lebih 4 ribu rupiah.
Di Pantai Kamali, area pelabuhan jonson yang mau ke PuMa
Ini namanya jonson qaqaaaa~q
Sesampainya di pelabuhan PuMa, awalnya agak bingung, karena aselii ini sangat mendadak jadinya tidak ada persiapan sama sekali. Belum searching tempat, belum siapkan apa-apa, dan tidak ada kenalan yang bisa bawa kami berkeliling disana. Akhirnya kami gentayangan di Puma.
Pulaunya amat sangat sepi. Jalanan hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan motor. Tidak ada mobil disini. Kondisinya betul-betul mirip dengan pulau kecil pada umumnya. Rumah-rumah disini masih sangat sederhana, kebanyakan masih berdinding bilik dan beratap rumbia, walaupun sudah banyak yang juga disemen.
DI jalan kami melewati pedagang yang sedang menjemur teripang. Teripang-teripang ini katanya biasa diekspor ke hongkong. G tau buat apa, mungkin buat makanan kali ya… Karena bentuknya mengingatkan saya pada … yang diekskresikan oleh tubuh manusia. Ehehe. iyuuuuhhh!
Teripang lagi tanning biar coklatnya maksimal
Dari sana kami berkeliling-keliling tanpa arah. Ahaha. Panas dahsyat! Kamipun memutuskan untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas setempat, namanya Puskesmas Liwuto. Puskesmas ini terletak dekat sekali dengan pelabuhan. Kamipun melakukan wawancara singkat dengan Kepala Puskesmas Liwuto yang merupakan seorang bidan.
Yep, puskesmas ini tidak memiliki dokter sejak kira-kira 1 tahun yang lalu. Pantas saja banyak sekali pasien rujukan dari Puskesmas Liwuto yang datang ke puskesmas wajo tempat saya dan teman2 di 4 bulan pertama bertugas. Pegawai puskesmas liwuto banyak yang tinggal di kota bau-bau, jadi biasanya tiap pagi ada satu kapal yang di carter bersama berisikan semua pegawai puskesmas yang akan menyeberang. Begitupun ketika pulang, jadi tidak ada pegawai yang bisa kabur pulang duluan, hehe. Suasana di puskesmas liwuto pun sangat sepi, berbeda sekali dengan di pkm wajo yang pasiennya membludak. Ditambah angin laut yang sepoi-sepoi dan pemandangan yang indah, mungkin kerja dokter di puskesmas ini kebanyakannya adalah ketiduran. -,-
Dengan Ibu Kepala Puskesmas Liwuto
Rumah Dinas Dokter yang tidak berpenghuni
Banyak juga fasilitas yang ada di Puskesmas Liwuto seperti incubator neonatal, tapi akhirnya tidak bisa dimanfaatkan karena tidak ada operator yang kompeten. Sedih ya L
Dari Puskesmas Liwuto, kamipun pamit untuk sholat dzuhur. Ini beneran udaranya super panas tapi angin laut sepoi-sepoi, bawaannya emang enak banget buat tidur. Setelah sholat, yafidy udah muka-muka bantal dan ketiduran, saya jadi pundung soalnya udah jauh-jauh ke PuMa masa mau tidur doangg errrggghh. Akhirnya avatar deddy mengamankan suasana dan saya jd g pundung dan akhirnya yafidy bangun. Kamipun mulai jalan lagi.. Rencananya kami mau ke Pantai Lakorapu, cukup terkenal di PuMa.
Di perjalanan saya bener-bener kepengen yang namanya es kelapa muda. Panas-panas hot jeletot berangin, kayaknya enak banget minum es kelapa. Akhirnya orang-roang yang punya pohon kelapa dirumahnya ditanyain satu-satu, jual es kelapa nggak. Mungkin karena mereka hampir semua punya pohon kelapa, jadi es kelapa ini udah dilirik sebelah mata. Gaaak ada yang jual samaaa sekalii. Padahal kelapa banyak banget berlimpah bagus-bagus ngegantung dan kaya bisik-bisik “come and get me if you dare lalala”. Teasing banget! Giliran ibunya mau ngasih, gak ada yang bisa panjat. tengkyuu.
Akhirnya dijalan ada saung tempat ibu-ibu lagi kongkow, terus kita jadi curhat lagi nyari kelapa terus sedih g ketemu. Eeeeh ternyata kebon di depan saung tersebut itu isinya pohon kelapa punya ibu yang lagi kongkow disana. Langsunglah mereka nyuruh orang panjatin itu pohon. Ada kali dikasih 10 kelapa lebih.  -,-
Mabok  kelapa *pingsan
Selain dipanjatin, kita juga dibuatin es kelapanya. Kita tinggal beli es, susu, dan sirup, lalu sama ibunya dibuatkan es kelapa. Mungkin muka kami ini udah melas kepanasan kali ya. Ya ampun ibunya baik bangeeettttt.
Puaslah kami minum es kelapa, mana abis itu dikasih kelapa buat dibawa pulang. Asalnya mau dikasih 6 biji tapi kebanyakan -,- akhirnya kami hanya ambil 2.

Look at our happy face dapet kelapa gratisan:

Perjalanan ke pantai lakorapu kami lanjutkan, ceritanya disana kami mau sekalian makan siang. Di jalan kami melewati rumah panggung khas penduduk dan anak-anak kecil yang jual ikan keliling. Disini tidak ada pasar ikan, saking banyaknya ikan di laut. Jadi ya ikan hanya dijual door to door. 
Menjual ikan keliling...
Sesampainya di pantai lakorapu, ternyata... sedih! pantainya sudah tidak terurus dan sepiii sekali. akhirnya kami menyusuri jalur pantai yang pas ditilik sebenernya potensi wisatanya bagus sekalii, tapi minim perawatan :( setelah foto-foto narsis *tetep* akhirnya kami kembali ke perkampungan penduduk.
Selfie dulu euy biar hepi

Kami transit di sebuah mesjid terapung, namanya mesjid ArRahman. Mesjid yang kalau pagi sampai siang dia akan terbenam air, tapi sore ke malam airnya akan surut. Di mesjid ini kami sholat ashar dan makan siang *telat*. Sambil istirahat di mesjid, kami didatangi oleh Pak Sabaruddin, pasien kami di puskesmas wajo yang seorang guru madrasah ibtidaiyah di kota Bau-Bau, yang TERNYATA orang PuMa! Akhirnya kami banyak ngobrol dan berbincang-bincang tentang perubahan dan kondisi PuMa dan kota Bau-Bau. 
Mesjid terapung ketika sedang surut air laut.. Kalau pagi sampe sore air naik sampai batas tiang di bawahnya itu...
Ketika sore tiba, dari mesjid terapung kami melihat ada sekawanan anak-anak dan remaja muda yang sedang bermain di lapangan pasir putih panjang. Jadi di depan mesjid ada sebuah dataran dangkal yang akan muncul ketika sore hari karena air surut. Dataran ini terdiri dari pasir putih panjang yang lembut seperti sagu! Karena tergoda sekali, akhirnya saya deddy dan pak sabaruddin menuju dataran ini dan bermain bersama anak-anak. Yafidy? tertidur lelap di mesjid. 
Area pasir yang timbul ketika surut
Halooo adik-adik! :)
Di lapangan pasir putih ini ada sekelompok remaja yang bermain bola sepak (sampai bisa dua lapangan), dan anak-anak yang lebih kecilnya bermain bola-bola pasir, mencari rumput laut, mencari kepiting, dsb. Saya tentu ikut dengan anak-anak yang lebih kecil, hehe. Saling melempar pasir satu sama lain. 
Hal yang sangat mengesankan disini adalah: kita bisa melihat kota Bau-Bau dari jauh. Memang bagus sekali, apalagi dengan kontur kotanya yang dari pantai langsung menanjak ke dataran tinggi macem di Yunani *ngarep* . Selain melihat kota Bau-Bau, disini juga kita bisa melihat matahari terbenam yang penuh dan amat.sangat.cantik! :'
Baubau dari kejauhan!

Sunset sempurna :)
Jam 5.45 sore kami pun naik jonson dan pulang kembali ke kota Bau-Bau. Senangnya main ke PuMa :")

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?