Who am I to judge?

Residen: "Dek, sini deh lo. Gue mau tanya. Nih ya, menurut lo, kenapa bisa kejadian hemorrhagic shock?"

Dek Koas: "Perdarahan dok."

R: "Yee ya iya itu mah, mana2 aja perdarahan yang bisa bikin hemorrhagic shock?"

DK: "Abdomen, thorax, pelvic sama fraktur tulang panjang dok."

R: "Naaah! Coba skrg lo pikirin. Tadi gue dapet telefon ada pasien yang mau dirujuk dari Ci*mis dengan cedera kepala berat dan hemorrhagic shock. Gue tanya gimana abdomen thorax pelvic-nya katanya clear, FAST negatif. Fraktur juga g ada. 

Mana mungkin coba orang hemorrhagic shock gara2 cedera kepala berat. Emang kepala bisa tahan berapa liter darah sampe bisa jadi shock. 

JANGAN KAYA GITU YA DEK NANTI. KALAU MAU RUJUK PASIEN PINTER DIKIT LAH. JANGAN BEGO-BEGO BANGET." 

kalimat terakhir diucapkan dengan menggebu-gebu oleh residen dengan penuh penekanan. sambil doi juga kesel-kesel. di sepersekian menit itu, dek koas-dek koas ini kemakan sama omongan residen tadi.

***

Pasien yang dirujuk bener-bener dateng jam 4 pagi *kebayang g sih ci*mis-bandung pake ambulance dalam keadaan severe head injury dan hemorrhagic shock T____T berapa jam dijalan itu hiks*. Dateng dengan keadaan yang udah kritis. GCS 6, kepala membesar,  keluar darah dari telinga, racoon's eye, bruising di banyak lokasi di kepala, akral dingin, BP 80/60mmHg. Hb 6.

Trauma-nya gara2 ketiban tiang listrik pas lagi naik motor *astagfirullah*. dan bener aja, thorax abdomen pelvic clear, fraktur  gak ada. Bingung dong, perdarahannya dari mana sampe bisa shock.

Pasien meninggal jam 6.15 pagi.
Pas udah dibawa ke OK, CITO, tiba-tiba apneu.

Kasus dibawa ke morning report, konsulen2 juga berdebat kenapa itu bisa hemorrhagic shock kalau perdarahan cuma di kepala. 

dan dek koas juga mulai bertanya-tanya. 
dek koas berfikir, kalau misal mekanisme injury-nya gara2 ketiban tiang listrik, berarti fraktur kompresi cranial kayaknya. tulang tengkorak yang berfungsi sbg tampon g bisa. Kepala juga membesar, bekas luka hecting juga lebar kemungkinan perdarahan banyak. Kayaknya bisa2 aja itu hemorrhagic shock gara2 hypovolemia.

tapi dek koas hanyalah dek koas.

***

Tante saya pernah bilang, di koas, ya dunia klinis, yang paling penting harus dilatih adalah clinical wisdom. nah si clinical wisdom ini adalah gabungan dari pengetahuan (text-book based kali ya, bukan dari kata ini-itu - kalaupun mau juga harus cross-check lagi) dan pengalaman lapangan. 

Clinical wisdom ini bermula dari clinical judgment yang tepat. Penanganan tepat basis-nya judgment yang tepat.

Suka sebel kadang, kenapa hampir semua orang di sini judgmental semua. judgmental dari data yang seadanya. atau being judgmental gara2 isu dan kasus sebelumnya. menutup mata dari kemungkinan2 lain. ini hal berlaku buat kehidupan sehari-hari sih, bukan terkait ilmu kedokteran dan klinis-nya. apa gara2 keseringan bikin judgment klinik akhirnya jadi ngerembet ke kehidupan sehari-hari? g ngerti juga.

Gara-gara jadi dokter emang butuh judgmental kali ya. gak mungkin jadi dokter kita indecisioner. dulu pernah dibilang, bedanya dokter sama pengacara/orang hukum. kalau dokter, dari berbagai hipotesis akhirnya harus kerucut, means ada yang memang HARUS dieliminasi. kalau orang hukum justru melebar, dari satu kondisi justru diturunkan jadi beberapa hipotesis dan kemungkinan yang buanyak.

Saya jadi kasian sama dokter di Ci*mis tadi. padahal memang mungkin dia benar.

***

Dan baru tadi saya baca di greenberg handbook of neurosurgery; trauma kepala berat/severe HI BISA bikin hemorrhagic shock. BISA DOK, BISA.

jadi mungkin sebelum jauh2 ke clinical wisdom, perbaiki judgment-nya. dan sebelum jauh ke judgment, data & ilmu juga harus valid. jangan sampai judgment kita salah bukan karena  penilaian kita salah. tapi as simple as: kita gak tau.

dan mendadak saya jadi kasian sama residen yang marah2 sama dokter ci*mis tadi. 

walaupun wajar sih, saya juga masih g ngerti gimana caranya kita bisa tahu banyak hal, secara ilmu kedokteran luaaaas banget. kayaknya gak abis2 bahan belajar.

tapi satu hal yang bisa kita lakukan, setidaknya sebelum kasih judgment, kita mau cari data dan kemungkinan2 lain terkait hal yang mau kita atasi. membuka diri terhadap kemungkinan2 lain, tidak merasa benar sendiri, dan terus belajar.

"Who am I to judge?"

Komentar

  1. wah system rujukannya bisa jalan bagus yah, pake nelpon dulu sambil ngerujuk, kalo ngerujuk ditempat saya biasanya koasnya yang jadi bagian sistem rujuk lewat koas..he

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?