soliter.
let me tell you how soliter a chief can feel
entah ini karena saya perempuan atau gimana, nguuuk :_(
dihina di depan muka oleh anak-anak (laki-laki) binaan tapi harus tetap tenang dan kuat dalam kondisi tersebut, terus menerus memberikan pengertian sebaik mungkin sampai mereka mau menerima, gak pake emosi, dan HARUS tetap tenang.
narik staff (laki-laki) yang lagi stress kerjaan belum rampung ke ruangan tutor di pojok biar gak terdistribute ke yg lain stress-nya, ngeliat dia banting-banting kursi layaknya orang ngamuk, dan ngeliatin itu semua tapi HARUS tetap tenang, menurunkan emosi-nya, dan ngajak dia berpikir jernih sambil merunut masalahnya sebenarnya apa lalu mencari pemecahannya dengan KEPALA DINGIN. padahal sebenarnya kita juga tertekan oleh kerjaan yang belum rampung itu, dengan deadline yang semakin dekat.
kenapa saya cantumin mereka yang menekan saya mentally itu laki2? bukannya mau berdalih saya perempuan jadi minta dimaklumi atau gimana, enggak. saya pengen ngasih gambaran ttg yg saya alami. BEDA banget cara perempuan sama laki2. kalau perempuan, mungkin mereka mengejek dalam bahasa yang lebih baik, dan gak akan ada insiden banting2 barang di depan saya sambil ngamuk2.
emosi saya tersulut, tapi gimana caranya itu TERTEKAN dalam batas yang tidak bisa terdeteksi siapapun. dan meredam itu semua sangat g mudah, apalagi buat (yang kata orang) hati sefragile saya, dan muka saya yang kaya kaca, a perfect transparant transmitter for things i feel inside. udah mau nangis, tapi gak boleh (dan jangan sampai ya ampun), akhirnya banyak2 istighfar dalam hati minta dikuatkan dan ditenangkan.
dan sampai akhirpun gak boleh banget menunjukkan emosi karena masih ada rapat evaluasi. otw menuju ruang mahasiswa, saya udah jalan lebih cepet dari mereka biar gak keliatan kalo wajah saya udah beneran mau nangis banget. setelah sholat maghrib perasaan saya membaik.
this is a position,
when you deal with feelings by yourself,
mandiri membenahi perasaan tanpa bantuan orang lain, dan tanpa terdeteksi orang lain. bisa seketika berdiri saat jatuh, secara mandiri. saya juga emang masih belum bisa kesana, tapi atleast mencoba. selalu akan mencoba.
"paling kuat dan menguatkan, paling tenang dan menenangkan, paling tegar dan menegarkan"
entah ini karena saya perempuan atau gimana, nguuuk :_(
dihina di depan muka oleh anak-anak (laki-laki) binaan tapi harus tetap tenang dan kuat dalam kondisi tersebut, terus menerus memberikan pengertian sebaik mungkin sampai mereka mau menerima, gak pake emosi, dan HARUS tetap tenang.
narik staff (laki-laki) yang lagi stress kerjaan belum rampung ke ruangan tutor di pojok biar gak terdistribute ke yg lain stress-nya, ngeliat dia banting-banting kursi layaknya orang ngamuk, dan ngeliatin itu semua tapi HARUS tetap tenang, menurunkan emosi-nya, dan ngajak dia berpikir jernih sambil merunut masalahnya sebenarnya apa lalu mencari pemecahannya dengan KEPALA DINGIN. padahal sebenarnya kita juga tertekan oleh kerjaan yang belum rampung itu, dengan deadline yang semakin dekat.
kenapa saya cantumin mereka yang menekan saya mentally itu laki2? bukannya mau berdalih saya perempuan jadi minta dimaklumi atau gimana, enggak. saya pengen ngasih gambaran ttg yg saya alami. BEDA banget cara perempuan sama laki2. kalau perempuan, mungkin mereka mengejek dalam bahasa yang lebih baik, dan gak akan ada insiden banting2 barang di depan saya sambil ngamuk2.
emosi saya tersulut, tapi gimana caranya itu TERTEKAN dalam batas yang tidak bisa terdeteksi siapapun. dan meredam itu semua sangat g mudah, apalagi buat (yang kata orang) hati sefragile saya, dan muka saya yang kaya kaca, a perfect transparant transmitter for things i feel inside. udah mau nangis, tapi gak boleh (dan jangan sampai ya ampun), akhirnya banyak2 istighfar dalam hati minta dikuatkan dan ditenangkan.
dan sampai akhirpun gak boleh banget menunjukkan emosi karena masih ada rapat evaluasi. otw menuju ruang mahasiswa, saya udah jalan lebih cepet dari mereka biar gak keliatan kalo wajah saya udah beneran mau nangis banget. setelah sholat maghrib perasaan saya membaik.
this is a position,
when you deal with feelings by yourself,
mandiri membenahi perasaan tanpa bantuan orang lain, dan tanpa terdeteksi orang lain. bisa seketika berdiri saat jatuh, secara mandiri. saya juga emang masih belum bisa kesana, tapi atleast mencoba. selalu akan mencoba.
"paling kuat dan menguatkan, paling tenang dan menenangkan, paling tegar dan menegarkan"
hug hug hug hug :)
BalasHapuspantes kau aneh pas hari senin puuul,
:)
BalasHapusrinto mode ON...semangat...
:')
BalasHapusbangga padamu, Kak..
:')
BalasHapusbangga padamu, Kak..