Kitapun bertanya-tanya

Senja bertanya pada malam,
‘kapankah aku mampu menunggu tanpa ragu?
tanpa pesan kegelisahan yang membatu?’

Lalu malam menjawab,
‘kau akan selalu menungguku,
namun yakinlah, 
takdir tak pernah salah menjodohkan aku dan kamu’


Lalu aku, 
tiba-tiba saja menggelisahi kisah itu.
Seperti senja, seperti malam,
kita adalah dua hal yang kuharap menyatu.

Dalam doa, dalam kata, 
dalam setia yang bukan maya.


Akupun bertanya,
‘kapankah kau akan membuka pintu untukku,
untuk masuk tanpa perlu permisi terlebih dahulu?’

‘Kapankah kau akan meneguk segelas kopi panas,
tanpa perlu kupersilahkan dengan kaku?’

Dan kaupun akan menjawab,
jawaban sederhana yang mungkin tak mampu kuterka,

‘Akan datang saat itu,
saat dimana kau tak perlu apa-apa,
untuk mengucap selamat datang pada senja kita’

‘Akan datang saat itu,
saat dimana kita tak perlu siapa-siapa,
untuk saling merindukan cinta’

Lalu kita,
akan tersenyum sambil terus menerka-nerka,
apakah takdir memang begitu saja tercipta untuk kita?: 
untuk bersama, untuk merasakan cinta sepanjang usia


Bandung, 11 Oktober 2011 
- Tia Setiawati Priatna


***

Habis baca tumblr Umar terus kebawa ke tumblr orang yang bikin puisi baguuus.
*ini kayaknya orangnya udah terkenal soalnya udah pernah terbitin buku tapi aku-nya aja yang g tau haha. kuper!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?