Testimoni tekakadut~

Eish, pertama kalinya disuruh nulis buat blog nikahan orang, hehe.
Yang minta-nya adalah ketua kaderisasi sebelum saya, orang yang juga "membesarkan" saya di kaderisasi Senat. Bikinnya antara geli sendiri, tapi agak haru gimanaa gitu, soalnya saya kenal dan sangat dekat dengan teteh yang bersangkutan. 

Semoga Allah lancarkan proses-nya dan sampai kedepan-depannya ya teteh.
Kiss kiss muaaah :*

Awalnya disuruh bikin testimoni tapi malah jadi ngalor ngidul. Daripada dibuang sayang akhirnya mending saya post di blog aja, hehe.



*** 

            Teruntuk teh Rizka Vinkan Septiani tersayang yang akan segera mengakhiri masa lajang. Ehem, akhirnya. :p
Seorang sahabat saya (yang sudah menikah) pernah bilang; “Pernikahan itu, satu tahun pertama-nya saja yang cinta. Selanjutnya adalah persahabatan.” Teringat lagi cerita teh kaka sewaktu baru bertemu Bang Yonni, dan menceritakan perjalanan singkat dari awal sampai akhirnya bisa memutuskan menjawab “ya.”.
Teh kaka adalah seorang yang sangat inspiratif buat saya. Perkenalan saya dengan dunia kaderisasi yang sampai akhirnya saya dalami, adalah karena ketua seksi sekaligus teteh tersayang saya yang satu ini. Beliau bisa menyemangati dan memberi inspirasi tanpa harus berbelit-belit. Tepat sasaran, langsung kepada subjek yang beliau maksud. Terkesan ceplas-ceplos terkadang, tapi buat saya sosok teh kaka adalah sosok yang bisa menempatkan diri. Beliau bisa menjadi sahabat yang masuk ke berbagai kalangan, tapi tidak kehilangan wibawa untuk menjadi kakak yang didengarkan oleh adik-adiknya.
Pernah teh kaka bercerita, bahwa beliau membuat list kriteria partner ideal (sebut saja suami) yang akhirnya membuat beliau jadi stres sendiri. Karena menurut beberapa teman dekatnya, list itu terlalu ideal, alias too good to be true. Kriteria inilah yang akhirnya membuat teh kaka yang memang (saya yakin) pemilih, menjadi semakin terbatas pilihannya. Hal yang menurut saya wajar, ya iyalah ini kan menentukan pasangan hidup, bukan pilih ikan di pasar (maaf ini tulisan anak internsip di kepulauan, jadi mikirnya pasar ikan terus, hehe). Walau mulai gelisah karena ditinggal teman-teman dekatnya menikah satu persatu, mengingat usia juga yang semakin membuat lampu merah kedip-kedip, tapi tetap, teh kaka bertahan dengan kriteria yang telah dia buat itu. Begitu persistent-nya teteh yang satu ini ketika sudah menentukan dan membulatkan diri dengan satu keyakinan. Bahwa janji Allah itu pasti, lelaki yang baik adalah untuk perempuan yang baik. Kegelisahan itu akan diganti dengan yang jauh lebih baik oleh mereka yang bersabar dan berikhtiar. :)
Sampai ketika Bang Yonni datang (jreeeng), dan teh kaka mengiyakan. Prosesnya tentu tidak mudah, pastinya. Tapi ketika seorang dengan kapabilitas seperti teh kaka sudah menjawab “iya”, maka saya yakin, insyaAllah dia yang terbaik. Orang seperti teh Rizka Vinkan Septiani, menurut saya bukan termasuk orang yang bermain-main dengan janji maupun ucapan. Saya tahu betul kapabilitasnya, dan bagaimana pengaruh beliau terhadap hidup saya.
Titip teteh saya ya, bang. Semoga bisa menjadi sahabat seumur hidup dan pasangan yang saling mengantarkan satu sama lain ke surga-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?