kenapa?
"Cepet sembuuuh! Maneh milih waktu yang SUNGGUH SANGAT GAK TEPAT UNTUK SAKIT!" - nadhila
di tengah deadline skripsi, score yang minggu depan, dan serentetan tugas lainnya, Allah menakdirkan saya sakit. Awal penerimaannya: sedih dan bertanya. Kenapa sekarang, kenapa segininya, kenapa hidup saya ada-ada aja kejadiannya, dan segambreng kenapa yang lain.
***
Ketika masuk ruang operasi, kata-kata terakhir yang bunda ucapkan: "sabar ya Kak, Allah tahu yang terbaik".
Sebelum saya di general anesthesi (di bius sblm operasi), kata terakhir yang saya ucapkan adalah dua kalimat syahadat. Saya g tau apa yg bakal terjadi, masih bisa selamat atau nggak (walaupun orang2 bilang operasi usus buntu itu kecil). Yah, tapi namanya juga takdir. Kita harus bersiap.
Tadi Ibu-nya aa' dateng, dan nanya: "ibu pengen tau apa yang jiwamu rasakan sekarang. Pasti ada dong hikmah yang diambil dengan kejadian ini. Jangan sampe sama Allah dibelajarkan gini tapi kaka g dapet apa-apa". Jleb.
"Jangan sampe karena kaka tau ilmu-nya, jadi lupa ya menggantungkan diri sama Allah. Ini problema klasik orang-orang berilmu." sambil dikasih contoh tentang 'batunya' dokter2 yang jadi pasien dan bidan2 yang jadi orang yg melahirkan.
"Mulai sekarang dirubah ya pola hidupnya. Bakti-mu ditunggu kak." - Etta post-op.
***
Allah merencanakan apa ya untuk fulki?
Komentar
Posting Komentar