antara cheetos, beca, dan hujan malam ini...
bingung kan?
sama, saya juga bingung,
kenapa judulnya cheetos, beca, dan hujan malam ini...
Padahal gak ada sambungannya. Ya, mari kita ada-adakan :)
Pulang bawa gembolan, sedang hujan, ngangkot dari bunderan bawa kardus berisi buku-buku yang harus dinilai dan katzung yang bisa buat gebuk orang, mungkin membuat saya sedikit somnolent. Pas bunda telepon suruh saya beli susu buat Ibrahim, saya sudah agak2 sulit konsentrasi. Harusnya sms di sent ke bunda, saya malah sent sms itu ke......CANUN. Tragis.
(dari B, untuk Bunda, ke C, untuk Canun, di phonebook saya jaraknya dekat, TAPI KENAPA CANUN??! *histeria sambil koprol)
Ok, di griya saya beli susu Ibrahim, coffeemix, dan....cheetos.
Entah kenapa dari mungkin sejak saya TK kali ya, saya suka sekali cheetos. Yang rasa jagung bakar dan rasa ayam bakar *hee?. Segimana dilarangnya, dimarahinnya, tetep aja sampe sekarang saya bandel, beli lagi lagi dan lagi. I'm addicted to this.
Setelah itu, saya nge-beca, bersiap pulang.
and this is the start of our story for tonight.
di beca, sambil suasana hujan, saya makan cheetos.
saya merenung, dan me-recall kembali beberapa situasi dalam hidup saya yang patut dievaluasi. dan saya juga berfikir, about death, and how certain death will happen, eventually.
Saya gak tau cheetos, beca, dan hujan punya efek apa, gak jelas patfisnya pula, tapi satu hal, ketiga komponen itu berintegrasi dan menggelitik satu rasa dalam diri saya.
saya kembali merecall memori-memori saya satu-satu.
----------------------------------------------------------
1. Siang tadi di saung A2
Saya lalai dalam berucap, terbawa emosi sampai ngomong yang naudzubillah mudah-mudahan gak kejadian sama temen saya. Haduh. Maafkan lisan dan diri yang lalai ini ya to. Resolusi saya untuk ini adalah : tidak gegabah dalam berbicara. Bismillah.
2. Temen-temen (baca : saudara) saya di SMA.
Saya tau ini cengeng, tapi saya sedang dalam keadaan sangat kangen dengan mereka semua. Mereka lebih dari teman, ataupun sahabat, mereka saudara-saudara saya, dunia akhirat, insya Allah. Tiba-tiba teringat kembali ikrar kita setiap pagi di pembukaan :
Radhitubillahirabba (Aku Ridho Allah sebagai Rabbku)
Wa bil Islamidiina ( dan Islam sebagai Dinku)
wa bil Muhamadin Nabiya wa Rasula ( dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku)
wa bil Qur'ani Imama wa Hukma (dan Al'Qur'an sebagai pedoman hidupku)
wa bil mu'minina ikhwana (dan orang-orang beriman sebagai saudaraku)
*saya sedikit kesulitan me-latin-kan bahasa arab.
dari kelas 5 Hamzah bin Abdul Muthalib, ke kelas 6 Abu Bakar Ash-Shidiq, ke kelas 7 Habab bin Mundzir, ke kelas 8 Zaid bin Tsabbit, ke kelas 9 Abdullah bin Mas'ud, ke kelas 10 Abu Bakar Ash-Shidiq, ke kelas 11 IPA Umar bin Khattab, dan akhirnya ke kelas 12 IPA Utsman bin Affan.
Setiap harinya adalah pembelajaran.
Saya tidak boleh cengeng.
Saya benar-benar tidak boleh cengeng.
Saya rindu kalian semua. Sungguh rindu.
Mudah-mudahan semua dari kita istiqamah dalam pengabdiannya.
dan kita akan berkumpul kembali, suatu saat nanti, di surga Allah. AMIIINNN.
3. Adik-adik (Najib, Muthian, Yasyri, Ibrahim)
Saya tiba-tiba merasa, saya sebagai kakak masih gak bener. Gak bisa bimbing mereka, yang jelas-jelas sangat membutuhkan saya. Waktu saya tersita habis diluar. Saya pulang, mereka sudah tidur. dan saya selalu pergi pagi-pagi. Jika ada yang terenggut dari saya, itu adalah waktu. Waktu saya bersama adik-adik saya. Saya punya tanggung jawab untuk mengarahkan mereka. tapi saya belum bisa membagi waktu saya dengan benar. Saya terlalu tersita dengan kegiatan di kampus.
4. Tentang mati.
"Kullu nafsin da'iqatul maut"
Setiap yang berjiwa pasti mati.
Menurut saya sendiri, cara yang paling cepat dalam mengembalikan niat saat terpeleset dari rel-nya adalah mengingat kematian. Mengingat kematian, adanya saat dimana semua ini, semua, yang ada pada kita memiliki waktu-nya sendiri, menghadap kembali kepada Rabb-nya, dimintai pertanggungjawaban atas aplikasi di dunia mengenai persaksian yang dilakukan di alam ruh, seharusnya membuat kita semakin semangat menjalani hidup. Bahwa selalu ada ganjaran atas SETIAP amal perbuatan, seharusnya membuat kita, manusia, menjalani hidup dengan seoptimal-maksimal mungkin.
Saya berpikir, siapkah saya apabila saya meninggal?
Apa yang sudah saya jadikan bekal?
Tapi kawan, siap tidak siap, dia akan datang. Ya, kematian.
Ia tidak mendengar rengekan, tangisan, ibaan kita untuk perpanjangan waktu. Kematian, malaikat kematian, berlaku sesuai ketetapanNya. Pertanyaan besarnya adalah: sudahkah saya (kita) sesuai ketetapanNya?
"Bukankah Aku ini Rabb-Mu? Mereka menjawab: "Ya betul, (Engkau Rabb kami) , kami bersaksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini". QS. Al-A'raf : 172.
---------------------------------------------------------
Perjalanan beca yang memakan ongkos 7rb (fisiologis) dan kadang 10 rb (patologis) menjadi inisiasi pemikiran saya untuk malam ini.
Cheetos, beca, dan hujan memang tidak berhubungan. Tapi kehadiran ketiganya dalam perenungan singkat saya membawa perubahan yang, sungguh, nyaman.
Time to go,
assessment dan buku-buku fasil menunggu untuk ditengok.
Laf Laf. hauum.
"cheetos, hujan, beca"
20 November 2009
untuk jiwa para pengabdi,
-Everyman dies, but not everyman really lives-
Komentar
Posting Komentar