KKN#3: Tentang pendidikan dan cita-cita.
Pide bilang saya children-bender
(bender: pengendali), maksudnya saya pengendali anak-anak. Kemana-mana dari
hari2 awal KKN, diintilin anak-anak, diteriakin namanya “kak fulki-kak fulki”,
kalau ke luar rumah pasti disambut, disuruh ngumpulin pasukan cepet banget, ahahaha
seru ya, seneng saya sama anak-anak :)
Awal deketnya gara2 ketemu di
surau/ mushola kecil. Saya selalu ngisi waktu antara maghrib dan isya sambil
tilawah di surau. Kalau target harian saya udah beres, biasanya langsung main
sama anak-anak dan disitulah mulai semua interaksi saya sama mereka. Kisah yang
dimulai di surau *bukan sinetron*
Kemaren pas sempet pulang ke
Bandung 3 hari, nyampe sini dipundungin sama anak-anak, katanya saya pergi
kelamaan. Akhirnya saya ngabisin waktu dengan ngebujuk-bujuk mereka, sambil
ngejelasin juga, kalau waktu saya disini juga udah g lama lagi. Yang direspon
sedih sama mereka. Saya juga sedih adik-adik :)
Aktivitas saya sama mereka; mulai
dari nyari remis di pantai pagi-pagi, mereka seneng banget dan ngajak saya
berkali-kali untuk ke pantai lagi. Seru deh nyari remis, pake teori
pasang-surut *asikasik*. Terus mereka saya berdayain buat bantu renovasi
lapangan. Disini pemuda-nya agak kurang greget, jadi anak-anak saya minta
ngumpulin pasukan dan bantu renovasi lapangan. Mereka adalah calon pemuda. Harus
dibiasakan juga untuk peka sama lingkungannya. Dan sekolah, hampir tiap sore! :)
Berinteraksi dengan mereka, saya
tau, banyak hal yang masih jadi PR. Setidaknya keinginan mereka untuk
ngelanjutin pendidikan. Waktu saya yang sebentar disini mungkin g ninggalin
apa-apa. Karenanya saya harus fokus! Fokus ke poin apa yang pengen saya kejar, yang
pengen saya tinggalin. Dan optimalin waktu yang ada! *jadi inget ospek dan konsepnya yang kurang lebih sama, beda-nya, ospek
ada follow-up, kkn enggak. Ini juga hal yang membuat saya mikir kkn itu basically
summer fling*.
Kalau boleh jujur, sebenernya
saya g mau jadi dosen. Saya pengen punya sekolah, atau jadi wali kelas, jadi
guru, untuk anak SD/SMP/SMA. Mikirin mimpi ini, kadang jadi galau sendiri,
karena sampai sekarang saya belum ketemu titik perpotongannya, antara mimpi saya
tentang pendidikan, dengan studi kedokteran yang lagi saya ambil sekarang. Semua
rasanya masih menuju arah yang berlainan. Apalagi dengan rongrongan keluarga
saya yang di jakarta, yang kayaknya belum ngerti, bahwa jadi dokter itu lebih
dari sekedar buka praktek, kerja di rumah sakit, ikut simposium dimana2, dsb. Pendidikan
dan pembinaan itu solusi. Saya ingin jadi bagiannya.
Pertanyaan yang sering banget
ditanyain: “mau jadi dokter atau aktivis?” “oh jadi ini yang selama ini kamu
lakukan? Buat apa? Dokter2 aktivis ujung2nya cuma jadi pengurus IDI!” (entah
data darimana), “kamu mau jadi Sp.O kak? Spesialis organisasi?” dsb dsb dsb. Dianggapnya,
dokter dan aktivitas yang selama ini saya lakukan di kampus adalah hal yang
berbenturan.
*kok jadi galau di malam hari?*
Masalah cita-cita emang hal yang
sensitif dan major cause kebimbangan –yang mudah-mudahan produktif. Apalagi
paparan ini sedang intens-intensnya. Pengetahuan, kejelasan status, kejelasan what to do, akan jadi obat yang paling
mujarab untuk akut bimbang-itis *saya menolak pake kata galau karena maknanya
kayaknya udah kemana-mana* yang belakangan ini lagi menerpa saya.
Allah, bukakanlah..
Sesungguhnya Engkaulah Satu-satunya
Sumber Ketenangan dan Penghambaan.
Komentar
Posting Komentar