Cinta (1)


*****
Kau tahu, kawan,
Sering aku berkata,
Cinta itu Energi.
Menjaga semangat tetap gelora.
Menjaga tujuan tetap tegak adanya.

Tapi kawan,
Kini aku kenal sebentuk cinta,
Saat dia berubah makna,
Mengubah KITA menjelma AKU.
Adanya tidak berbuah energi,
Silaunya membuat buta.
Rasa menjadi penguasa.
Terbuyarkan harga diri dan eksistensi.

Orang bilang,
Orientasi akan jadi warna perjuangan.
Cinta adalah bahan bakarnya.
Betul kawan, aku setuju.

Tapi, cinta yang aku temui ini tumpah-ruah.
Dia terlalu.
Dia tidak pada tempatnya.
Adanya harusnya matahari.
Tapi kadarnya terlalu menyengat.
Risih melihatnya.
Tidak aman jiwa karena adanya.
Memabukkan siapa yang merasanya.

Khawatir dan takut melekat;
Orientasi yang dijunjung, berlandaskan cinta yang aku temui ini, tidak berbuah berkah.
Tidak menjadi rahmat untuk sekelilingnya.
Wujudnya berubah meracuni.

Dia masih bisa berubah arah.
Dia masih bisa melegakan.
Agar tegaknya meneduhkan.
Agar menangnya menentramkan.

Sekarang, kawan,
Bagaimanapun cinta ini mendesak, hati nurani menutup.
Keduanya bersikukuh, ada yang salah dengan yang lain.

Menurutku, kawan,
Cinta ini harus menunduk.
Itu syaratnya, agar dia mendewasa...

Agar aku tak lagi dilema,
Apakah ini benar cinta?
Karena setauku, cinta tak begitu.

*****

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?