nostalgia: behind a man's back.

Besok UTS, tapi entah kenapa yg sekarang agak minim greget. no sparks.

Baru aja ngobrol dengan Herdinda (liat di blog dinda) tentang posting blog-nya yang terakhir. Tentang bagaimana kita learning to live behind a man's back. Awalnya nanya maksud dia kemana, akhirnya ended up malah cerita2. Ternyata itu refer ke sosok ayah-nya. I have this common feeling with her. We do love our father really much. A BUNCH! Bagian dari Sang Pemimpi yang paling bikin mewek sampai tersedu-sedu itu bagian Ikal dan Ayahnya. Ayah menduduki posisi sangat penting di kehidupan kami. I love you, Dad.

Sebenernya, quote learning to live behind man's back bikin saya nostalgia ke sesuatu hal. Selama saya hidup, sebelum di FK, saya selalu jadi orang yang live behind man's back. second person. partner. ya wajar, kalau di sekolah saya dari dulu ketua2 di apapun diarahkan u/ laki2, walau ada juga yang g nutup buat perempuan. tapi saya terbiasa buat berada di behind man's back. g ada ego sama sekali u/ leading di depan, superioritas, arogansi, ambisi, no. bener2 nyaman dan merasa senang jadi orang belakang. G jadi koordinator, dan bekerja sebaik mungkin jadi partner/penasehat/tempat diskusi siapapun the man in front of me, tapi g jadi mengebiri kemampuan saya sebagai perempuan u/ maju ya, justru enggak. Justru malah berstrategi, berbagi peran; jadi biasanya nanti saya yg memobilisasi yang akhwat/perempuan2nya. Saya malah belajar berkembang karena begitu lo! :) percaya atau enggak, saya baru pertama kali jadi koordinator kepanitiaan pas acara OSPEK 2010 kemaren :D

Sekarang di FK, jadi titik yang justru tempat orang2 berlindung, rasanya insecure sekali. beban-nya ada di punggung saya. dulu yang selama bertahun-tahun ditempa begitu, ketika masuk FK dan dapet jabatan di senat/dimanalah, saya dibiasakan u/ jadi orang depan. harus memutuskan. butuh kemampuan cepat dan tepat dlm menganalisis masalah dan mencari solusi-nya. soliter. menjadi berani. memegang resiko dan tanggung-jawab. emang banyak banget juga pelajaran-nya, hehe. walaupun kadang2 hal2 menjadi too much to handle.

mencoba husnudzhon, ini sarana Allah membelajarkan saya, u/ bisa jadi bawahan dan atasan yang baik. Apapun amanah yang datang nanti. Menjadi pemimpin yang sebenar2nya pemimpin. jadi inget kata2 abah iwan: "taat kepada pemimpin, adalah kepemimpinan yang paling dasar". Semoga.

huaaah, tapi bagaimanapun, saya lagi pengen jadi orang yang behind a man's back. for now.

Komentar

  1. malah kebalik ya fulk? sebelum di fk, gw jadi ketua mulu, *makanya arogan ginih. bahkan gw ama nage (ketua angkatan fkg) sblm masuk unpad ud pernah cerita2 mau jadi ketua angkatan (tau dia masih inget apa engga). ampe dipanggil maju kedepan buat kandidat ketua angkatan, terus reza arif bilang ttg hadis yg akan hancur sebuah negara jika dipimpin o/ seorang wanita. jeng jeng, ngundurin diri deh. *padahal gw harusnya ikut cowo2 itu aja ngobrol ama kang dani ya, pgn tau mereka ngomongin apa.
    yes yes, i do have a great father.walopun manja2 gw emg ga sesuai umur -____- i think for him, his kids are his kids still, no matter how old :) :) :) dinda

    BalasHapus
  2. ehehehe. seru ya, di FK berarti kita dilatih jadi sesuatu yang baru :D aku bener2 bersyukur :)Allah membuat kita belajar dengan cara yang gak kita sangka2 ^^.

    herd, tapi kita jadi punya standar gitu g sih, sadar g sadar, bahwa A MAN seharusnya, kuranglebih is like our father. my father is still ask me to kiss him in cheek. dan ya. his kids are still his kids :D mau umur berapapun. since aku perempuan satu2nya, pas aku nikah beliau nangis darah kali, hahahaha.

    btw, hugs from me.
    *HUGS*

    BalasHapus
  3. iya iya iyaa.. papa masih sering ngajak aku makan berdua aja kalo gw di jkt. father and daughter time, biasanya di situ sih pap suka cerita2. kebanyakan ttg 'fight2' itu. terus suka ngasih tau what he likes from a woman, from his job, nanana lalala, mostly beda bgt sih ama nyokap. nyokap more like, enjoy your life but be careful, dinda! kalo bokap lebih, be careful and fight for your life.. jd pgn pulang.. fulki sih!

    BalasHapus
  4. ;))
    salam kenal fadhila..
    aku suka gaya kamu cerita di blog ini..
    i do love my father..

    pemikiran kamu kayaknya dewasa banget ya..
    ;))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?