Main course: semangat dan gairah

kemantapan aqidah menentukan kualitas istiqamahnya
- Al-Islam vol II, Said Hawwa

teman saya sempat berkata: "ful, ajarin jadi orang yang bertanggungjawab ful".

awalnya berfikir, ini gak salah nanya apa ya? saya akhirnya jawab berdasarkan buku Said Hawwa yang baru saya baca, "mungkin kinerja kita selama ini yang masih belum baik sebenarnya adalah gambaran, bahwa mungkin, MUNGKIN, kita g yakin apa yang kita lakukan adalah amal sholeh yang bisa mengantarkan kita selamat dunia akhirat"

atau sebenarnya hakikatnya MEMANG bukan amal soleh tapi KITA yang memaksakan/menganggapnya amal soleh? naudzubillah.

*****

pelantikan senat kemarin2 di eyckman, ada sambutan bergilir yang diberikan baik itu dari perwakilan ketua ORMAWA (organisasi mahasiswa), dan dekanat.

Yang dari ORMAWA diwakili oleh Kang Andri, ketua Forum P3D (koass).
Beliau bilang:
"Waktu yang sempit akan semakin sedikit, fisik yang lelah akan semakin lelah. Semoga kita diikhlaskan"

dan giliran Prof. Tri memberikan sambutan.
Beliau bilang:
"Banyak orang bilang, bahwa diberi amanah merupakan hal yang sungguh berat. Makanya banyak yang meminta untuk diikhlaskan dalam menjalankannya (orang-orang pada ketawa miris disini, Prof. Tri nyindir ke statement Kang Andri). Akan tetapi seharusnya mereka bersyukur, karena amanah yang datang, adalah sarana untuk beramal sholeh lebih banyak"

titik tekan di kedua statement ini yang sangat terpatri di saya adalah amanah = sarana amal sholeh.

*****

staffing senat.
waktu itu ada seorang staff yang penempatannya memusingkan. secara bakat dan kompetensi tidak terdeteksi, dan hasil wawancaranya pun membingungkan. satu hal yang khas dari dia adalah keinginan dia yang sangat besar untuk masuk suatu seksi, bahkan sejak berbulan-bulan lalu. saat wawancara sama saya & techa, ditanya alasannya, dia cuma bilang, gak tau suka banget aja sama seksi ini, sukaaaa pokoknya, dan dia kinda repeating that statement over and over.

bingung kan mau staffing gimana? heu.

akhirnya kita fokus mencari kelebihan anak ini. dan bahkan menemukan kelebihan anak ini pun memusingkan karena tadi, tidak terdeteksi. akhirnya saya bilang, "dia punya kelebihan. jangan salah loh, cinta itu, ... energi"

*****

"Mungkin saya melupakan sesuatu yang saya pegang selama empat belas tahun di kampus kebanggaan. Sesuatu yang berharga dan tak dimiliki oleh semuanya. Sesuatu yang bernama totalitas, diawali dengan passion dan diakhiri dengan kesempurnaan.

Hidup memang berproses, yang karenanya tak akan pernah sempurna. Namun totalitas menyempurnakan semuanya, sehingga nilai dari kesempurnaan menjadi relatif. Tidak mutlak harus memperoleh nilai 100 untuk memperoleh nilai sempurna, karena toh di beberapa jurusan, ada saja yang mendapatkan nilai 150 dari skala seratus, karena dia mengerjakan tugas tugas tambahan" - USH (ngutip ya Bang :D)

*****

Pernah baca buku Harun Yahya yg judulnya: "Semangat dan Gairah Orang-orang Beriman"? Bukunya bagus :) Di bukunya dijelaskan dan dibandingkan mengenai jenis-jenis semangat dan gairah (antusiasme), yang ada di masyarakat jahiliyah dan pada masyarakat muslim.

Mengenai masyarakat jahiliyah:
" Orang-orang bodoh dan lalai berusaha untuk mencari kepuasan sebanyak-banyaknya dalam kehidupan dunia, selama periode waktu yang singkat ini, ketimbang berusaha memperoleh ridho Allah dan surgaNya. Akibatnya, masalah-masalah memberinya semangat terbatas pada tujuan-tujuan kecil menyangkut dunia ini.

Faktanya, perasaan yang mereka bayangkan sebagai semangat dan gairah, tidak lain adalah kerakusan.

Dalam masyarakat jahiliyah, hampir semua orang meluncurkan berbagai proyek dengan antusias. Namun, mereka meninggalkan proyek itu tak lama kemudian, hanya karena jenuh dan malas untuk melanjutkan.

Menghabiskan hidup sehari-hari, dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang dekat, dan memperoleh penghargaan orang lain sering sudah cukup untuk memuaskan orang-orang ini. Tidak ada sesuatu yang lebih tinggi dari itu yang bermakna bagi mereka.

...tak lama kemudian kepentingan mereka dikalahkan oleh kejenuhan dan kemonotonan"

Mengenai orang-orang beriman :
Menghadapi kesulitan tidak akan membuat mereka meninggalkan cita-cita mereka. Sebaliknya, karena tahu bahwa adanya kesulitan-kesulitan menjadikan pekerjaan mereka lebih prestisius di mata Allah, mereka memperoleh kesenangan dan semangat yang besar.
"Dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik" - QS. al-A'raf: 56.
Ini yang jadi alasan mengapa dikatakan bahwa semangat dan gairah orang-orang beriman tidak pernah padam: rasa takut, dan pengharapan.

Ketakutan ini menyebabkan orang beriman tidak pernah yakin bahwa Allah ridho atas mereka, dan apakah mereka layak untuk mendapatkan surga Allah. Oleh karenanya mereka akan terus menerus berusaha. Rasa takut ini membuat mereka tidak lemah hati atau lalai, dan perasaan ini mendukung semangatnya.

Sedangkan pengharapan, kabar gembira dari Allah bahwa mereka yang beriman dan beramal sholeh mendapatkan surga, akan mendorong orang-orang beriman untuk selalu beramal sholeh, meningkatkan kualitas diri dan memperkuat komitmennya.

Mereka mengalami ketakutan dan harapan sekaligus; mereka bekerja keras, tetapi tidak pernah merasa usaha mereka cukup dan tidak pernah menganggap diri mereka sempurna.
"dan sampaikanlah berita kepada orang-orang mukmin, bahwa sesungguhnya mereka mendapat karunia yang besar dari Allah" - al-Ahzab : 47
*****

Mentor hidup saya pernah berkata (Allahu yarham, yaa Abi):

"Dedikasi, loyalitas, dan integritas, bahan bakarnya adalah nilai-nilai mental dan spiritual. Oleh karenanya, ia tidak akan pernah kehabisan bahan bakar"

*****

masih mau biasa aja?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?