Batas.



super impulsif act hari ini: nonton Batas -___________-"
sifat spontan dan impulsif saya kadang2 g wajar juga.
siang ini rencananya mau ngobrol sama acim sama sandi. tapi nyatanya jadi: gerebek sandi di Pokay, rencana makan di Jatos eh ngeliat papan bioskop, jadi pada pengen nonton tanda-tanya (katanya film ini agak2 errr), lari ke tempat beli tiket, ternyata tiket-nya ada jam 5 sedangkan jam 5 harus rapat kurkes, akhirnya ended-up nonton Batas yang tayang-nya semacem 10 menit lagi.

tapi gak nyesel.

untuk ukuran film Indonesia, ini termasuk oke-lah. ADA pesan-nya. ADA ilmu-nya. ya walau kualitas pengambilan gambar, dialog, dsb teteeep aja masih zzzz, tapi setidak-nya film ini ada ISI-nya :)

Intinya tentang garis terdepan Indonesia, perbatasan Kalimantan-Malaysia dan kualitas pendidikan disana. Jaleswari (pemain utamanya), di suruh kantornya untuk mencari penyebab kenapa guru2 yang dikirim ke daerah sana selalu balik lagi dan g ada yang betah. Film-nya tentang pendidikan anak2 gitu, jadi suka :_)

suka sekali bagian yang dia dikritik karena seperti membawa mimpi muluk2 dari jakarta, terus dikatain, kurang lebih:
"Utopis bukan disini tempatnya, di Jakarta! disini tempatnya konkrit dan realita!"
#ouch.
dan akhirnya dia bisa 'membumikan' mimpi utopisnya jadi suatu hal yang bisa dikerjakan, dan signifikan, dengan cara: analisis budaya, menyentuh anak2 melalui budaya dan kebiasaan mereka. Bahasa gaul-nya: penetrasi budaya.

Pendekatan juga dilakukan ke orangtuanya mengenai pentingnya pendidikan karena di otak ibu2nya, sekolah g penting, yang penting adalah berburu, berladang, dan mengasah Mandao (senjata disana). Pertanyaan pembuka ke orangtua-nya: "Bu, kalau misalnya, suatu saat nanti, hasil panen ibu tidak dibeli oleh orang seberang, bagaimana?" Intinya memberdayakan-lah. Walau ditentang.

Ya intinya tentang pendidikan.
Sedih sekali liat Borneo (tokoh utama anak2nya), yang pengen sekali jadi presiden, sangat suka belajar, tapi gak dapet fasilitas. Paling g tahan liat senyum anak-anak dan mata mereka yang berbinar jernih, bersih-tulus-murni. Aaaaaa~:___) pas Jaleswari pergi, dia bilang ke Borneo: "suatu saat kamu akan mengerti, bahwa kamu adalah penjaga masa depan tanah borneo, seperti namamu, Borneo"

Jaleswari ini orangnya idealis. Pada saat dia dibenturkan sama kondisi, inget sekali kata2 pertamanya pas merenung, dia bilang "Dengan pongah, aku bermimpi untuk merubah dunia". Ouch. Straight to the heart.

Ini film banyak nyepet, hahaha. Jadi pas nonton ini jadi ajang koreksi diri buat saya, acim, sama sandi. Saling koreksi sebenernya. Adeus (guru di desa tersebut) yang mental-nya kerupuk, mudah menyerah ketika diancam, dan berkumis lebat, diledek2in sama acim ke sandi, hahaha.. Dibilangnya: "kumis aja tebel, mental kerupuk", tapi di akhir film si Adeus ini jadi 'laki-laki'. Berubah, signifikan.

Nyari soundtrack-nya, lagu iwan fals judulnya Batas Tak Berbatas, tapi belum nemu-nemuuuu :( ihiks.

Yasud, kurang lebih gitu review-nya, hehe. Ngantuk sungguh.
Semangat ah! :)

"Ini bukan masalah pilihan antara keinginan dan kenyataan. Ini mengenai keinginan untuk menghadapi kenyataan" - Jaleswari, Batas - ketika diminta menurunkan standar idealisme-nya.

P.S: maaf reviewnya loncat2.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embracing Buton #3: Lasalimu Pantai.

Embracing South-East Celebes: Desa Labengki

When I'm feeling blue?